• IDIOT

    Orang-orang idiot tidak pernah mengerti, tidak pernah ingin memahami, bahkan jika mereka terjatuh mereka sibuk menyalahkan apapun selain dirinya sendiri.

    Orang-orang ini merasa Tuhan, alam semesta dan semua orang berhutang sesuatu padanya, karena keberadaannya, karena jasa dan kebaikannya.

    Mereka sesungguhnya narsistik, sebagiannya malu-malu, bertutupkan cadar kesopanan, moralitas, namun kemarahan mereka atas ketidakpedulian orang lain pada dirinya, menunjukkan wajah mereka yang sesungguhnya.

    Mereka sangat detail menghitung kelebihan, kebaikan dan bantuan mereka pada orang lain, namun sangat cepat melupakan apa yang orang telah berikan padanya.

    Orang-orang ini menyukai kenyamanan, dan dalam gua itu tempat mereka merayakan diri mereka sendiri dengan atribut-atribut aneh.

    Altruistik, Ketaatan pada norma, topeng yang tebal, harga diri yang terluka, inferioritas yang terbalut dendam, bercampur menjadi satu.

    Naif.

    Orang- orang idiot ini menyerap kenaifan hingga tak memiliki warna yang bisa dibedakan lagi. Kenaifan adalah jiwa mereka, dan itu menjadi standar resmi.

    Terpujilah kegelapan.

  • MENIKAHLAH, APAPUN YANG TERJADI

    Guru saya pernah berkata, setiap orang jika ingin menjalani hidup dengan penuh gairah & semangat harus memilih salah satu diantara 3 hal untuk menjadi penggerak dalam kehidupannya.

    Tiga hal ini yaitu Tuhan, Anak & Misi. Ketiganya adalah magnet yang kuat untuk memacu tanggung jawab dalam diri manusia agar mewujud.

    Tentang Tuhan, saya tidak terlalu peduli dengan kata ini, karena banyak orang bahkan tidak mengerti esensi, terlebih lagi substansi dari kata ini, dan ya, banyak diluar sana yang tidak percaya Tuhan. Tapi, jika kamu seorang yang spiritualis, kamu mungkin bisa memilih Tuhan sebagai sesuatu yang bisa kamu mengabdikan diri padanya, mengeluarkan seluruh potensi dan tanggung jawab dirimu untuk menjalankan perintah-Nya. Tapi tentu saja, berTuhan atau menjadi spiritualis tidak harus menganut agama tertentu, ini harus tetap menjadi pengecualian. Ya, akhir-akhir ini kata agama sedang tercemari oleh penganutnya sendiri.

    Yang kedua, tentang Misi. Saya akan membahasnya lebih awal karena di akhir saya ingin membicarakan lebih banyak tentang anak. Tolong mengerti!

    Jadi, Misi adalah sebuah tujuan yang sangat besar, dan jelas, tentu saja lebih besar dari diri kita namun bisa kita gambarkan dengan sangat jelas, hampir nyata dalam imajinasi. Misi ini bisa berupa apa saja, mengabdikan diri kepada masyarakat, menciptakan teknologi baru yang berguna bagi orang-orang, atau misi yang setidaknya membuatmu tersenyum di ranjang kematianmu. Atau kamu juga bisa memilih misi yang agak idiot, menjadi politisi yang adil di tengah sistem korup. xoxo.

    Yang terakhir, Anak.

    Saya kurang tahu apa isi kepala para aktivis childfree, yang mengaku sebagai konten kreator tikt*k dan melakukan kampanye childfree, tapi sepertinya orang-orang ini memiliki banyak trauma di masa kecil dan dengan segala pencapaian yang mereka miliki, mencoba memvalidasi ketololan mereka sendiri ke masyarakat dengan cara berkampanye childfree.

    Mungkin saja orang tuanya yang menjadi patronnya dalam mendidik anak, gagal menjadi pendidik yang baik untuk dirinya, dan dia memvalidasinya sebagai sesuatu yang salah dan tidak boleh terulang lagi, tidak boleh ada anak yang menjadi korban seperti dirinya, dan jadilah childfree. Dan sangat tolol.

    Ya jika kamu percaya tentang Agenda Global, hal-hal aneh semacam Sex Bebas, Global Warming, bahkan isu virus zombie yang begitu masif dikampanyekan termasuk isu LGBT, ini tidak ada bedanya dengan isu Childfree. Sangat murni, dan valid sebagai agenda global dari sekumpulan orang-orang yang sebenarnya jijik melihat kelakuan kita semua, jijik melihat masyarakat, sehingga mereka mengeluarkan agenda-agenda untuk membuat kita menjadi lebih tolol, lebih idiot, dan itu berhasil.

    Tapi mari kita fokuskan pembahasan, Anak adalah satu alasan yang besar untuk tetap menjalani kehidupan. Mereka tidak pernah menginginkan dirinya lahir ke bumi ini, mereka hanya hasil dari mekanisme murni alam semesta yang ada dalam diri manusia. Itu adalah hasil dari proses manusiawi, proses yang ilmiah, dimana jika faktornya terpenuhi maka seiring waktu, akan ada makhluk kecil dan lucu yang hadir ke dunia, sebagai bagian dari akibat terjadinya proses tersebut.

    Orang-orang yang memiliki empati, tinggi ataupun rendah, terkecuali seorang psikopat, secara naluriah akan memandang seorang anak sebagai bagian dari objek untuk mencurahkan kasih sayang dan empati tersebut. Mereka seperti zat murni yang siap kita bentuk seperti apapun cara kita memberikan pengajaran dan kasih sayang.

    Lebih dalam lagi, anak adalah cermin yang lebih cerah dan jelas, dimana kita bisa melihat sosok diri kita yang ideal, yang kita idam-idamkan, rasa empati dan simpati yang tidak sempat kita berikan kepada diri sendiri kemudian bisa kita curahkan kepada anak. Karena mereka adalah sisi lain yang murni dari diri kita, wajah kita yang termakan waktu dan tidak sempat kita bahagiakan, sosok diri kita yang kita rindukan untuk merasakan kebahagiaan di masa kecil namun tak sempat.

    Jadi, untuk semua alasan itu, akarnya adalah manusia adalah makhluk yang egois, sangat naluristik, sangat alamiah, anak adalah cerminan diri yang polos dan murni, dan menyayangi mereka adalah sama dengan menyayangi diri kita sendiri. You are human being, sangat murni dan alami.

    Banyak hal yang ingin saya bahas di tulisan ini, tapi nampaknya akan sangat panjang, dan sepertinya tidak perlu.

    Tapi pada intinya, manusia untuk hidup secara terpenuhi, harus mengemban tanggung jawab besar yang dijalani sepanjang masa; paling tidak ada acuan yang jelas. Dan Menikah, lalu memiliki anak, mendorong tanggung jawab besar tersebut keluar.

    Guru saya melanjutkan nasehatnya tentang anak, “Untuk alasan apapun, menikahlah. Jika kamu cukup antusias dengan kehidupan pernikahan, kamu akan menemukan panggilan hidup yang sejatimu. Jika kamu cukup bersemangat dengan kehidupan pernikahan, kamu akhirnya akan merasakan bagaimana menjadi seorang manusia yang sejati. xoxo.

  • TABAH

    Kamu orang yang aneh, mencoba mengatur semua hal agar sesuai keinginanmu. Bak dirigen, ingin kamu orkestrasi semua hal yang nampak di depan mata.

    Tapi, semakin kamu merasa ingin mengontrol semuanya, semakin hal-hal tidak ingin bergerak mengikuti perintahmu. Semakin hal-hal ingin kamu paksakan, semakin hal-hal itu menjadi sangat lambat.

    Ya, antusiasme kadang membutakanmu. Membuat kamu terlena, bahwa hal-hal di luar sana memiliki mekanisme sendiri. Meskipun kamu tahu, bahwa sebenarnya hal-hal sudah selaras sejak awal, hanya kamu yang terburu-buru, menginginkan segalanya berjalan sangat intens, sangat cepat.

    Biar apa seperti itu?

    Pertanyaan sentilan ini harus diletakkan di depan jidatmu, seperti seorang asisten wanita perawan tua yang sangat cerewet namun juga berguna untuk mengingatkanmu, ada sesuatu dan mereka sangat banyak jumlahnya; ada banyak hal yang tidak bisa kamu kontrol sesuka hati.

    Yah, meskipun jika kamu bisa selarasa sejak awal, kamu harusnya sudah menyadari bahwa benih tidak tumbuh dalam semalam.

    Tapi memang tabiat manusia, sangat sulit untuk bersabar.

    Tidak hanya bersabar sedikit saja, tapi benar-benar selalu ingat, ada waktunya hal-hal berjalan lambat, tidak sesuai perkiraan, dan benar-benar sangat rasional.

    “Sesuatu X dipengaruhi oleh Y, dan jika pengaruhnya sudah memenuhi syarat, maka X akan mengalami perubahan signifikan sesuai dengan jumlah pengaruh/tekanan yang Y berikan.”

    Sangat lumrah bukan, tapi hampir selalu kamu lupakan.

    Jadilah Tabah.

    Ya, meskipun aku tahu kalau ini kata yang sangat dihindari orang-orang. Begitu tidak familiar, tidak membuat nyaman, seperti ada semacam tanggungjawab khusus jika kamu memilih mengambil kata ini untuk menggantikan : Sabar.

    (……………………..)

    Kamu tahu nggak? Ya pasti kamu tahu, kamu hanya pura-pura tolol, tidak ingin disalahkan karena pengetahuanmu membuatmu nampak tolol karena keputusan yang kamu ambil hampir semuanya bertentangan dengan pengetahuan rasional yang kamu miliki.

    Tapi, kamu tahu bahwa hal-hal yang terjadi seperti sangat pelan, sangat membosankan untuk ditunggui, justru memperlihatkan sesuatu yang hasilnya kamu idamkan namun malu untuk kamu akui, sebab kamu orangnya hampir 0 ketabahan.

    Dan, dari banyaknya pengalaman hidup, sangat banyak jumlahnya bahwa lebih baik mengamati hal-hal, sedikit menunggu, waktu diulur beberapa kali, dan momentumnya selalu pas. Ketabahanmu hampir selalu menyelamatkanmu. Entah kenapa.

    Kamu tahu, jika kamu menjadi selaras dengan semesta, semestinya hal-hal akan bekerja sesuai kehendakmu. Tapi semesta tidak cepat, tidak pula lambat, semua sesuai dengan proses yang rasional dan ilmiah.

    Tapi kalau kamu bisa bijaksana, tentu saja orang bijaksana sangat tabah. Menunggu dengan sangat tabah, hingga hal-hal menjadi seperti adanya.

    Kamu akan bosan jika mengamati benih tumbuh dari sejak biji, kecambah hingga tumbuh menjadi pohon dan memiliki struktur yang lengkap. Namun jika kamu biarkan saja, hal-hal bekerja sesuai waktunya masing-masing. Semua akan terjadi sebagaimana adanya.

    Jadilah pengamat, yang tabah. Jangan mengindentifikasi diri sebagai apapun, jangan mengidentifikasi hal-hal sesuai keinginanmu. Biarkan semesta bekerja dengan caranya sendiri.

    Hola,

    Kendari, pagi yang tidak terlalu bagus tapi cukup oke untuk dijalani.

  • GEREJA TUA

    Suara angin berdesir kuat, menampar atap gedung tua yang tak terrawat lagi.

    Gereja tua itu kini tak terlihat dikunjungi lagi, kabar yang terdengar para jemaatnya telah berpindah memeluk agama baru yang merupakan agama mayoritas di desa itu.

    Nampak, seekor burung gereja dengan mukanya yang sedih, sepertinya merasakan rumahnya yang tak lagi ramai, tak ada lagi kidung dan nyanyian setiap akhir pekan di rumahnya yang makin reyot itu.

    Dari arah pintu masuk, terdengar suara langkah pelan dan berat. Sepertinya seseorang yang sudah uzur, langkahnya nampak terbebani oleh usianya.

    Persis di depan pintu gereja, berdiri seorang lelaki tua, kira-kira usianya sudah hampir 80 tahun, menarik napas panjang dan bergumam..

    hhhhhhmmmmmmmpphh..

    “Apakah benar agama sumber kedamaian?”

    “Apakah kedamaian memiliki gradasi?”

    “Apakah agama ku tak lagi mengajarkan kedamaian?”

    “Apakah Yesus berubah pikiran tentang apa yang Dia ajarkan, ataukah orang-orang sangat bernafsu mengejar kedamaian?”

    “Bagaimana bisa kedamaian bercampur dengan hawa nafsu?”

    Dari atas atap, burung gereje menunduk lesu, ditutupinya kepalanya dengan sayapnya yang mungil.

    “Ku kira binatang paling mengerikan adalah Elang, ternyata manusia lebih menakutkan”.

  • RUMAH TUA

    Sebuah rumah tua, terletak di ujung gang, dikelilingi semak belukar.

    Bukan tiada penghuni, namun si pemilik rumah tak begitu peduli kondisi rumahnya.

    Segerombolan tikus berlarian, mengejar tikus dengan ukuran lebih besar dari sebagian mereka, berlari secepat mungkin dengan potongan keju yang berhasil ia ambil dari lemari piring di rumah itu.

    Terdengar suara keras dari dalam, suara wanita paruh baya, dengan nada tinggi mengutuk tikus-tikus nakal yang telah mencuri keju miliknya.

    Seluruh lantai rumah itu penuh dengan darah, bau anyir menyengat dimana-mana.

    Sepertinya di rumah itu telah banyak terjadi perkelahian antar binatang dan banyak yang mati karena itu.

    sssshhhhhh…..

    Terdengar suara King Cobra melintas dengan sangat cepat tepat di sebelah kiri si perempuan itu. Tak lama kemudian, rombongan ular dengan garis putih-hitam di badannya ikut melintas di samping perempuan paruh baya itu, menyusul King Cobra yang telah melintas terlebih dahulu.

    Dalam kondisi kaget, ia berteriak menggerutu “mengapa disini banyak ular? apa yang mereka cari disini?”.

    Dari bagian dapur terdengar suara kaleng makanan jatuh, sepertinya dari tempat yang cukup tinggi, disusul suara pria dewasa memaki-maki dengan sangat keras.

    Mengapa rumah ini begitu kotor, padahal setiap hari aku sudah berteriak agar siapapun di rumah ini bisa membersihkannya.

  • MALAIKAT JATUH

    Suatu malam, anak kecil itu berdiri di tengah keriuhan massa, dibawah sinar lampu kelap kelip. Merasakan sensasi yang amat hebat, plong rasanya, sebuah perasaan keterlepasan, sesuatu yang telah mengekangnya puluhan tahun.

    Entah apa yang terjadi, dalam hitungan menit, perasaan tegang, badan penuh peluh, sekujur tubuhnya yang menggigil tiba-tiba mengalami sensasi sangat ringan dan lega.

    Sebuah bayangan kepercayaan diri menusuk tajam ke dalam dadanya, anak itu melongo, “mengapa aku sangat bersemangat? dimana rasa takutku pergi?”.

    10 menit sebelumnya, perempuan dengan nampan di tangannya berisikan segelas anggur tua, harganya sangat mahal, membisikkan sesuatu ke telinga anak itu.

    “Cobalah, hanya sekali ini saja”.

    Si anak dengan tubuh kaku, nafsu yang naik hingga ubun-ubun, setumpuk semangat di tinjunya, menghentakkan kaki ke bumi, lalu secepat kilat merampah gelas di atas nampan wanita itu.

    Si wanita tersenyum puas, pintu dunia terbuka lebar, “Selamat datang di dunia nyata”.

    ..

    Anak itu tiba-tiba terbangun dari tidurnya yang sebentar itu. Kepalanya sakit, ada aroma busuk di seluruh tubuhnya, di sekeliling kakinya basah dan tercium bau anyir.

    “Apa yang terjadi?”

    ..

    Anak laki-laki itu keluar dari ruangan yang gelap itu, menyusuri lorong-lorong yang semalam sangat ramai, berjalan dengan tergesa-gesa, lorong itu kini sepi.

    Setibanya di lobby, resepsionis tersenyum padanya dengan senyuman aneh.

    “Mas, senang melihatmu pagi ini? semalam kau sangat menikmati pesta, semoga harimu terus menyenangkan. Saya menunggu kedatanganmu kembali di malam-malam berikutnya”.

    Anak laki-laki itu hanya terdiam, “apa maksud wanita itu?” “Apa yang terjadi semalam? apa yang terjadi padaku semalam?

    Anak laki-laki itu lalu meneruskan berjalan keluar gedung.

    Di depan gedung bertingkat, anak laki-laki itu berbalik menghadap ke gedung tinggi tersebut, nampak megah namun penuh misteri.

    Tiba-tiba terasa rangkulan tangan di bahunya dari arah belakang, anak laki-laki itu berbalik.

    Ternyata yang datang adalah perempuan semalam, dengan nampan dan segelas anggur di tangannya.

    Perempuan itu berbisik pelan ke telinga si anak laki-laki, “Kau begitu menikmati kejadian semalam, aku sangat menyukai apa yang kau lakukan semalam”.

    Anak laki-laki itu menjawab “Apa yang aku lakukan semalam? Apa yang terjadi?”

    Si perempuan tidak mengatakan apa-apa, lalu hanya tersenyum begitu penuh makna.

    Ia menjawab singkat yang diiringi senyum manisnya “Malaikat telah jatuh”.

    ..

    Si anak laki-laki itu langsung terjatuh dan berlutut, badannya begitu lemas, roboh ke lantai.

    “Ya Tuhan, ampuni aku”.